Transplantasi hati merupakan salah satu penanganan terhadap kondisi gagal fungsi hati atau liver. Prosedur ini termasuk operasi besar dan tidak mudah dilakukan. Untuk melakukan prosedur transplantasi hati, ada beberapa tahap yang perlu dilalui.
Hati merupakan organ yang terletak di bagian atas rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma dan sebelah kanan lambung. Organ ini memiliki berat sekitar 1,3 kg pada orang dewasa dan dikenal sebagai organ terbesar dalam tubuh.
Kunjungi tautan berikut untuk mengetahui lebih lanjut mengenai : GAGAL HATI, PENYAKIT HATI KRONIS
Ada beragam fungsi hati yang sangat penting bagi tubuh, antara lain:
Memproduksi protein
Memecah nutrisi dari makanan menjadi energi
Menyimpan vitamin dan mineral
Memproduksi cairan empedu
Menghancurkan sel darah merah yang sudah tua
Menyingkirkan racun dari dalam tubuh
Bila organ hati mengalami gangguan yang menyebabkan beragam fungsinya tersebut tidak berjalan normal, hal ini tentu berdampak pada kondisi tubuh secara keseluruhan.
Tahap-Tahap Prosedur Transplantasi Hati
Transplantasi hati umumnya dilakukan ketika metode pengobatan lain tidak efektif untuk mengatasi kerusakan organ hati. Berikut ini adalah beberapa tahap dalam prosedur transplantasi hati:
Tahap I: Menentukan penyebab kerusakan organ hati
Transplantasi hati umumnya dilakukan ketika organ hati mengalami kerusakan, sehingga tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Kondisi ini disebut juga gagal hati.
Gagal hati dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari infeksi virus, efek samping obat-obatan, kecanduan alkohol, hingga penyalahgunaan NAPZA. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh riwayat masalah kesehatan jangka panjang, seperti:
Hepatitis kronis yang berkembang menjadi sirosis
Atresia bilier
Kerusakan saluran empedu
Penumpukan cairan empedu di hati
Penyakit Wilson
Hemokromatosis
Kanker hati
Penumpukan lemak pada hati (nonalcoholic fatty liver disease)
Fibrosis kistik (cystic fibrosis)
Tahap II: Menemukan donor organ
Tidak mudah untuk memperoleh donor hati, terlebih mencari donor yang benar-benar sesuai. Hal ini bisa memakan waktu berhari-hari hingga berbulan-bulan. Umumnya, ada dua jenis pilihan transplantasi hati, yaitu hati dari pendonor yang masih hidup dan yang sudah meninggal dunia.
Pendonor hidup
Pendonor ini bisa berasal dari saudara kandung, pasangan, atau teman yang telah mengikuti evaluasi medis dan psikologis terlebih dahulu sebelum melakukan donor.
Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh pendonor adalah sebagai berikut:
Tidak ada unsur paksaan dan atas kehendak sendiri untuk mendonor
Kondisi kesehatan prima
Golongan darah sama dengan penerima donor
Berusia antara 18–60 tahun
Profil ukuran tubuh sama atau lebih besar dari penerima donor
Prosedur dari donor jenis ini adalah dengan mengangkat sebagian dari organ hati pendonor dan menempatkannya pada tubuh penerima yang mengalami penyakit hati. Diharapkan hati dari pendonor akan tumbuh hingga ukuran normal dalam beberapa minggu.
Pendonor yang sudah meninggal dunia
Bila donor hati berasal dari seseorang yang telah meninggal dunia, maka organ hati sebaiknya dipilih dari pendonor yang mengalami kematian fungsi otak secara permanen, tetapi jantungnya masih berdetak. Kondisi ini dikenal juga dengan mati otak.
Tahap III: Melakukan transplantasi hati
Sebelum dokter memutuskan seseorang dapat menerima transplantasi hati, dibutuhkan beberapa pemeriksaan dan konsultasi, seperti:
Pemeriksaan darah dan urine
USG untuk memastikan kondisi hati, pemeriksaan jantung, serta pemeriksaan kesehatan lain termasuk konsultasi gizi.
Evaluasi psikologis untuk memastikan seseorang memahami risiko dari prosedur transplantasi hati.
Konsultasi keuangan.
Setelah pemeriksaan dilakukan dan donor hati telah diperoleh, prosedur transplantasi hati dapat dimulai. Berikut ini adalah langkah-langkahnya:
Pasien akan diberi obat bius atau anestesi agar tertidur selama proses transplantasi berlangsung.
Dokter akan membuat sayatan di bagian perut dan melakukan pengangkatan organ hati yang rusak.
Dokter akan menempatkan organ hati yang baru pada tubuh pasien, kemudia menutup sayatan dengan jahitan.
Operasi ini tergolong operasi besar yang memakan waktu sekitar 6–12 jam. Selama operasi hingga beberapa hari kemudian, pasien akan menggunakan beberapa tabung khusus sebagai penunjang fungsi tubuh.
Tahap IV: Mewaspadai risiko komplikasi
Sama seperti prosedur medis lainnya, transplantasi hati juga tidak terlepas dari risiko komplikasi yang dapat ditimbulkan. Ada dua risiko komplikasi yang paling umum terjadi setelah tindakan transplantasi hati, yaitu :
Penolakan
Hal ini terjadi karena sistem kekebalan bekerja untuk menghancurkan benda asing yang masuk dalam tubuh. Kondisi ini dapat dialami sekitar 64% dari pasien transplantasi hati, terutama pada 6 minggu pertama.
Olah karena itu, dokter akan memberikan obat untuk mencegah sistem kekebalan tubuh memberikan reaksi penolakan setelah transplantasi hati.
Rentan terserang infeksi
Pemberian obat penekan kekebalan tubuh dapat memperbesar risiko infeksi. Namun, risiko infeksi tersebut akan berkurang seiring waktu.
Pasien operasi transplantasi hati kemungkinan harus mengonsumsi obat penekan sistem imunitas tubuh seumur hidupnya agar tidak terjadi penolakan terhadap organ yang dicangkokkan.
Sayangnya, obat-obatan tersebut memiliki berbagai efek samping, antara lain diare, sakit kepala, diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penipisan tulang.
Selain itu, risiko lain pascaoperasi transplantasi hati yang dapat terjadi adalah pendarahan, komplikasi saluran empedu, penggumpalan darah hingga masalah dengan memori atau ingatan.
Tahap V: Menjalani proses pemulihan
Salah satu faktor yang dapat menentukan lamanya proses pemulihan pasien adalah seberapa parah kondisi pasien sebelum operasi. Umumnya, diperlukan waktu sekitar 6–12 bulan untuk benar-benar sembuh.
Usia harapan hidup setelah transplantasi hati sangat beragam, tergantung dari kondisi masing-masing. Secara umum, lebih dari 70% pasien yang menjalani transplantasi hati berhasil bertahan hidup selama setidaknya 5 tahun setelah operasi.
Transplantasi hati merupakan salah satu prosedur yang dapat mengatasi kegagalan fungsi hati, tetapi perlu juga dicermati beberapa risikonya. Berkonsultasilah ke dokter untuk mengetahui lebih jauh seputar manfaat dan risiko prosedur transplantasi hati jika Anda perlu menjalaninya.
Sumber : www.alodokter.com
Comments