Kita, Kanker & Ibu Ani Yudhoyono
- Voga Admin
- 15 Jul 2020
- 4 menit membaca
Diperbarui: 19 Agu 2021
Beberapa waktu yang lalu linimasa sosial media dan channel berita mainstream di Indonesia dipenuhi dgn berita berpulangnya Ibu Ani Yudhoyono, Ibu Negara Republik Indonesia Tahun 2004 - 2014 pada tanggal 1 Juni 2019.

Ada beberapa catatan utk kira renungkan bersama :
Betapa terpukulnya keluarga yg ditinggalkan khususnya Pak SBY
Dari saat almarhumah menghembuskan nafas terakhir hingga seusai pemakamam, kita bisa melihat Pak SBY selalu menangis dan terlihat sangat terpukul dgn kepergian Ibu Ani.

Berkali-kali Pak SBY mengucapkan kalimat tersebut. Menandakan betapa Pak SBY sangat mencintai Bu Ani dan sangat belum siap ditinggal Bu Ani untuk selamanya.
Mas AHY dan Mas Ibas pun sama terpukulnya dengan Pak SBY. Berkali-kali mereka tersorot kamera menangis dengan raut muka sedih meskipun berkali-kali mereka mencoba menunjukkan wajah tegar dan ikhlas. Tapi saya yakin mereka pun mengalami hal yang sama seperti Pak SBY, telah ikhlas tapi terasa berat sekali.
Penyakit yang merenggut nyawa bu Ani adalah penyakit kanker darah
Tidak seperti kanker lainnya, kanker darah sulit dideteksi pada gejala awal. Ketika terdeteksi biasanya sudah dalam tahap parah.
Penyebab kanker darah adalah pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel darah. Normalnya, sel-sel darah di dalam tubuh mengikuti jalur pertumbuhan teratur, pembelahan, dan kematian tapi sel-sel kanker darah tidak. Sel-sel penyebab kanker darah tidak mati secara otomatis. Selain itu, sel-sel kanker darah yang tidak normal dapat menyebar ke daerah lain, menekan sel darah normal dan menghambat fungsinya.
Secara umum para ilmuan masih belum mengetahui secara pasti apa penyebab kanker darah. Namun, para ahli menduga bahwa perubahan dalam DNA bisa membuat sel-sel darah yang sehat menjadi kanker
Ada 3 jenis kanker darah paling umum, yaitu:
1. Leukemia
Leukemia adalah kanker sel darah putih, yang menghentikan sel darah putih dalam melawan infeksi. Ini adalah jenis yang paling umum dari kanker darah. Ketika seseorang memiliki leukemia, sumsum tulangnya tidak mampu memproduksi sel-sel darah merah yang cukup dan trombosit untuk memasok kebutuhan tubuh.
Berdasarkan seberapa cepat perkembangannya serta jenis sel darah putih yang diserang, leukemia ini dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu akut dan kronis. Leukemia kronis jauh lebih berbahaya dan sulit untuk diobati.
2. Limfoma
Kanker darah limfoma berkembang pada limfosit – tipe sel darah putih yang berperan untuk melawan infeksi. Kanker jenis ini juga memengaruhi kelenjar getah bening, limpa, timus, sumsum tulang, dan bagian lain dari tubuh. Limfosit yang tidak normal dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh Anda. Hal ini akan mengurangi daya tahan tubuh penderitnya terhadap faktor berbahaya dari luar.
3. Myeloma
Myeloma adalah jenis kanker yang terbentuk oleh sel plasma ganas. Sel plasma menghasilkan antibodi (atau immunoglobulin) yang membantu tubuh menyerang dan membunuh kuman. Sel plasma normal ditemukan di dalam sumsum tulang dan merupakan bagian sistem imun yang penting.
Sumsum tulang adalah jaringan lunak di dalam beberapa rongga tulang. Selain sel plasma, sumsum tulang juga memiliki sel-sel yang membangun jenis sel darah lainnya.
Terdeteksi awal Februari 2019 dan meninggal dunia 1 Juni 2019
Hanya memerlukan waktu kurang lebih 3 bulan sejak terdeteksi hingga akhirnya Bu Ani harus menghembuskan nafas terakhir di National University Hospital Singapura.
Sebagai Ibu Negara Republik Indonesia Tahun 2004 - 2014, Ibu Ani tetap berhak mendapatkan fasilitas kesehatan dari negara berupa team dokter kepresidenan dan semua biaya ditanggung negara. Dr. Terawan yang saat itu sebagai kepala team dokter kepresidenan menyatakan bahwa team dokter yg menangani Ibu Ani tidak hanya team dokter dari National University Hospital Singapura tetapi juga team dokter kepresidenan RI dan beberapa dokter ahli dari Amerika Serikat.

Dukungan keluarga juga sangat luar biasa. Anak, cucu dan menantu tidak pernah berhenti memberikan dukungan. Dalam pemberitaan Pak SBY bahkan sampai tidur di tempat tidur kecil di bawah tempat tidur Bu Ani demi cinta dan kasih sayangnya yang luar biasa.
Pak SBY adalah contoh suami yang sangat luar biasa. Selama 3 bulan tidak pernah meninggalkan Bu Ani sehari pun. Selalu di sampingnya dan sangat memberikan dukungan positif. Pak SBY sangat paham bahwa kesembuhan pasien tidak melulu tergantung pada tindakan medis tetapi juga tergantung pada perhatian dan kasih sayang keluarga. Rasa tenang, aman dan nyaman sangat membantu kesembuhan seorang pasien.

Bu Ani sendiri juga menunjukkan sisi positif dalam menghadapi sakitnya ini. Pejuang yang gigih dan tidak semudah itu menyerah meskipun mengidap penyakit yang sangat mematikan itu.

Sebuah ungkapan kerendahan hati sekaligus ketegaran jiwa yang luar biasa. Menerima takdir Tuhan tanpa mempertanyakan sekaligus terus berjuang untuk yang terbaik baginya.
Fasilitas terbaik, team dokter terbaik, sama sekali tidak ada masalah dengan biaya, dukungan keluarga yg luar biasa dan sikap mental positif pun ternyata tidak mampu membendung serangan mematikan kanker darah ini.
Dalam 3 bulan, Bu Ani harus menyerah kepada suratan takdir, harus menghadap Sang Maha Pencipta di Singapura meninggalkan keluarga yang sangat mencintainya dan masyarakat Indonesia yang sangat mendukungnya melawan penyakit yang mematikan itu.

Refleksi
Suatu saat nanti entah kita atau pasangan hidup kita pun akan menangis seperti Pak SBY saat ini. Bagaimana tidak. Setelah belasan/puluhan tahun hidup bersama, tiba-tiba harus berpisah untuk selamanya.
Ada perasaan hampa yang menyesak dada ketika orang yang dicinta sudah tak lagi bisa di samping kita. Ada sebuah kekosongan di dalam hati dan hidup kita. Bayangan menyusuri hidup ini sendirian, tanpa sebuah tangan yang tidak bisa lagi digenggam, tiada lagi tatapan dan senyum penuh cinta, tiada lagi pelukan hangat orang yang telah mengisi hari-hari kita sejak pertama kali berjumpa dulu.
Perpisahan adalah satu masalah. Tapi ada masalah yang lebih besar lagi yang harus pula di pikirkan dengan bijak, apabila kita harus mengalami seperti yang dialami oleh keluarga Pak SBY.

Sudah pantas dan sebaiknya anda pikirkan masalah ini baik-baik hari ini saat ini.
Turut berduka cita atas berpulangnya Ibu Ani Yudhoyono, tenang dan bahagialah dalam pelukan cinta Tuhan yang Maha Pengasih. Semoga Pak SBY, putra dan menantunya, beserta cucu-cucu dan keluarga besar selalu diberi ketabahan dan keikhlasan. Amin.
Yogyakarta, 1 Juni 2019
Penulis :
Herman Josef SH
Virtual Office & Voga Digital
Editor in Chief
Opmerkingen